Nilai suatu barang termasuk dalam pembahasan Perilaku Konsumen.
Setiap orang, setiap keluarga atau rumah tangga pasti benar-benar mengetahui penghasilan yang diterimanya dalam jangka waktu tertentu, misalnya dalam waktu satu minggu atau satu bulan.
Setiap orang juga mengetahui mengenai barang dan jasa yang ingin didapatkan/digunakan dalam jangka waktu yang tepat.
Masalah utama yang dihadapi oleh setiap orang adalah "Bagaimana menggunakan uang penghasilan yang didapatkan yang jumlahnya terbatas digunakan untuk barang dan jasa, agar mendapatkan kepuasan dan kesejahteraan yang maksimum.".
Barang dan jasa yang nyata dibutuhkan oleh setiap manusia untuk memenuhi kebutuhan, maka barang atau jasa tersebut memiliki "nilai guna" atau "manfaat".
Secara ekonomi, pengertian dari nilai guna atau manfaat barang dan jasa adalah kemampuan atau daya barang dan jasa dalam memenuhi kebutuhan manusia.
Seseorang membeli sepeda motor karena dia menganggap bahwa sepeda motor tersebut memiliki nilai guna atau manfaat yaitu karena dengan sepeda motor ia dapat lebih cepat mencapai tempat tujuannya.
Begitu juga dengan handphone, seseorang membeli handphone agar dia dapat berkomunikasi dan mendapat informasi secara cepat dan tepat.
Begitu juga dengan barang lainnya, semua barang atau jasa pasti memiliki nilai guna untuk memuaskan kebutuhan manusia.
Nilai suatu barang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu nilai pakai (value in use) dan nilai tukar (value in exchange).
a.Nilai Pakai (value in use).
Nilai Pakai adalah kemampuan suatu barang untuk dapat memuaskan kebutuhan. Misalnya baju, makanan, minuman, buku, kendaraan, tas, perumahan, dan barang lainnya yang mempunyai pakai.
Tinggi atau rendahnya nilai pakai suatu barang ditentukan oleh intensitas kebutuhan, tempat dan waktu.
Misalnya baju yang tebal akan tinggi nilainya jika digunakan didaerah pegunungan yang bersuhu dingin ataupun saat musim salju.
Nilai Pakai terbagi menjadi 2(dua) macam, yaitu :
- Nilai Pakai Subjektif.
Nilai Pakai Subjektif adalah nilai yang diberikan seseorang pada suatu barang, sehubungan dengan kemampuan barang tersebut dalam memenuhi atau memuaskan kebutuhan.
Misalnya Buku tulis bagi siswa, obat bagi orang sakit, nasi bagi orang lapar, dan sebagainya.
- Nilai Pakai Objektif.
Nilai Pakai Objektif adalah kemampuan suatu barang untuk dapat memuaskan kebutuhan pada umumnya.
Misalnya Pakaian, makanan, perumahan sangat bernilai bagi suatu keluarga, buku pelajaran sangat bernilai bagi siswa.
b.Nilai Tukar (value in exchange).
Nilai Tukar adalah kemampuan suatu barang untuk dapat ditukarkan dengan barang lainnya yang ada di pasar. Misalnya Tas, sepatu, buku pelajaran ekonomi, beras, handphone, televisi, obat-obatan, dan jenis barang lainnya yang memiliki nilai tukar.
Tinggi atau rendahnya nilai tukar suatu barang ditentukan oleh nilai pakai barang tersebut.
Contoh Beras memiliki nilai pakai yang lebih besar daripada jagung, sehingga nilai tukar beras lebih tinggi daripada nilai tukar jagung.
Semakin tinggi nilai pakai suatu barang, maka semakin tinggi pula nilai tukarnya.
Faktor lainnya yang mempengaruhi nilai tukar suatu barang adalah persediaan. Semakin sedikit persediaan suatu barang, maka semakin tinggi pula nilai tukarnya.
Misalnya Beras, gula pasir, semen, besi baja, dan lain sebagainya.
Nilai tukar terdiri atas 2(dua) macam, yaitu :
- Nilai Tukar Subjektif.
Nilai Tukar Subjektif adalah nilai yang diberikan seseorang pada suatu barang sehubungan dengan kemampuan barang tersebut untuk dapat ditukarkan dengan barang lain.
Contohnya Seorang pembangun bangunan memberikan penilaian pada hasil bangunan yang dibuatnya menurut ukuran penilaiannya sendiri. Begitu juga dengan seorang petani yang memberikan penilaian pada padi yang dihasilkannya menurut ukurannya sendiri.
- Nilai Tukar Objektif.
Nilai Tukar Subjektif adalah kemampuan suatu barang untuk dapat ditukarkan dengan barang lain. Hampir semua barang yang ada didalam masyarakat mempunyai nilai tukar objektif, karena setiap manusia tidak selalu membuat semua barang-barang yang diperlukannya. Dalam kata lain seseorang pasti membeli barang yang dibuat oleh orang lain meskipun dia sudah memiliki barang yang serupa.
Semakin maju pembagian kerja dalam masyarakat, maka makin mudah kita memperoleh barang-barang dengan jalan pertukaran. Maka dengan sendirinya barang-barang tersebut mempunyai nilai tukar objektif.
Misalnya menggantikan penggunaan sandal dengan sepatu, menggantikan penggunaan bus dengan taxi, penggunaan lampu dengan lilin, dan sebagainya.
Sekianlah pembahasan mengenai "Nilai Suatu Barang". Trima kasih telah membaca artikel ini, baca juga artikel lainnya dari blog ini ya....