Teori nilai objektif menyelidiki nilai suatu barang dengan barang itu sendiri sebagai objek penelitian. Produsen mempunyai peranan yang sangat penting dalam hal menilai, karena yang menghasilkan barang dan mengetahui proses produksi barang tersebut hingga dapat dijual dipasaran adalah Produsen.
Dasar-dasar dalam penyelidikan teori nilai objektif adalah :
- Barang yang akan diselidiki.
- Penilaian dari pihak produsen.
- Apakah barang itu memiliki guna pakai dan guna tukar.
Pelopor-Pelopor Teori Nilai Objektif
- Adam Smith (Ajaran Teori Nilai Biaya Produksi).
- David Ricardo (Ajaran Teori Nilai Biaya Produksi Tenaga Kerja).
- Karl Marx (Ajaran Teori Nilai Tenaga Rata-Rata Masyarakat dan Teori Nilai Lebih).
- Carey (Ajaran Teori Nilai Biaya Reproduksi).
- David Humme dan John Locke (Ajaran Teori Nilai Pasar).
- Carl Menger, Stanley Jevons, Leon Walras (Ajaran Teori Nilai Batas).
1. Ajaran Teori Nilai Biaya Produksi (Adam Smith)
Dalam membuat sebuah benda atau barang maka digunakanlah modal dan tenaga. Penggunaan dari modal dan tenaga inilah yang menjadi nilai pada barang/benda tersebut.
Menurut teori ini Nilai suatu benda adalah sama dengan nilai yang dipergunakan berupa modal dan tenaga (biaya produksi). Teori ini dikenal dengan nama Teori Nilai Biaya Produksi (Cost Value Theory).
2. Ajaran Teori Nilai Biaya Produksi Tenaga Kerja (David Ricardo)
Jumlah tenaga kerja dapat menentukan nilai barang pada barang tersebut. Tenaga Kerja yang dimaksud adalah meliputi tenaga kerja manusia dan alat-alat(perkakas dan mesin-mesin).
Tenaga kerja juga dapat merupakan alat penunjuk nilai dalam tukar-menukar.
Teori Ricardo ini membedakan barang menjadi 2 golongan yaitu :
- Barang yang tidak mungkin diganti atau diperbanyak, contohnya : Lukisan. karena nilai barang ini ditentukan oleh penggemar.
- Barang yang mudah diperbanyak, dimana nilainya ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk membuat barang tersebut.
3. Ajaran Teori Nilai Tenaga Rata-rata Masyarakat dan Teori Nilai Lebih (Karl Marx)
Pendapat dari Karl Marx ini merupakan kelanjutan hasil pemikiran Ricardo.
Tenaga kerja adalah sumber nilai dan nilai tukar suatu benda ditentukan oleh jumlah tenaga kerja rata-rata masyarakat. Yang dimaksud dengan masyarakat adalah tenaga manusia termasuk perkakas dan mesin yang digunakan dalam proses produksi termasuk pada tenaga kerja(atau lebih sering disebut tenaga kerja yang sudah mengkristal). Hubungan dengan Teori Nilai lebih adalah Teori Nilai Tenaga Kerja dipakai sebagai dasar dalam menyusun "teori pemerasan", yang mengkritik terjadinya kepincangan-kepincangan sosial ekonomi dalam masyarakat. Teori pemerasan inilah yang sangat membantu dalam menguraikan teori nilai lebih (Value Added).
4.Ajaran Teori Nilai Biaya Reproduksi (Carey)
Menurut Carey, nilai barang harus didasarkan atas biaya reproduksi, yaitu biaya untuk memproduksi kembali suatu barang. Contohnya : Untuk membuat meja belajar diperlukan biaya Rp.200.000. Setelah satu bulan kemudian harga kayu naik, maka diperlukan biaya Rp.275.000. Sehingga jumlah uang Rp.200.000 merupakan biaya reproduksi.
5.Ajaran Teori Nilai Pasar (David Humme dan John Locke)
Ajaran ini disebut juga market value theory. Menurut teori ini, nilai suatu barang bergantung pada permintaan dan penawaran barang di pasar. Jika penawaran lebih besar daripada permintaan maka nilai barang akan turun. Sebaliknya jika permintaan lebih besar daripada penawaran maka nilai barang akan naik.
6.Ajaran Teori Nilai Batas (Carl Menger, Stanley Jevons, Leon Walras)
Teori Carl Menger, Stanley Jevons, dan Leon Walras tidak saling berhubungan dalam membuat teori guna batas. Teori ini kemudian dikembangkan oleh Bohm Bawerk, Von Weiser, dan Joseph Schumpeter.
Itulah pembahasan yang dapat kita pelajari mengenai Teori Nilai Objektif.
Terima Kasih Telah Membaca Artikel ini, Baca Juga Artikel Lainnya dari Blog ini ya...